Burnout: Penyebab, Tanda-Tanda dan Cara Mencegah

Burnout di tempat kerja
Burnout di tempat kerja | Photo by Kampus Production : Pexels

Apa Itu Burnout?

Burnout adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kondisi kelelahan emosional, mental, dan fisik yang diakibatkan oleh stres berlebihan dan berkepanjangan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), burnout diakui sebagai fenomena yang mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan individu, terutama dalam konteks pekerjaan. Herbert Freudenberger adalah seorang psikolog yang pertama kali memperkenalkan konsep burnout pada tahun 1974 dalam jurnal profesi kesehatan, dan sejak itu, konsep ini telah menjadi bagian integral dari diskusi kesehatan mental di tempat kerja.

Tidak seperti kelelahan fisik yang biasanya disebabkan oleh aktivitas fisik yang berlebihan, burnout lebih kompleks dan mencakup aspek emosional serta mental. Individu yang mengalami burnout sering merasa tidak ada energi, sinisme terhadap pekerjaan, dan penurunan efektivitas profesional. Burnout berkembang secara perlahan, sering dimulai dengan antusiasme dan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan yang kemudian berangsur-angsur berubah menjadi kelelahan karena tuntutan yang melebihi kapasitas individu.

Bacaan Lainnya
Seorang lelaki yang Lelah dan letih di tempat kerja
Lelah dan letih di tempat kerja | Photo by Nataliya Vaitkevich : Pexels

Tanda-Tanda Burnout di Tempat Kerja

Burnout merupakan kondisi kelelahan mental, emosional, dan fisik yang dapat terjadi ketika seseorang mengalami stres berlebih dalam jangka waktu yang lama. Mendeteksi tanda-tandanya sejak dini sangat penting agar bisa mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah dampak negatif yang lebih besar. Berikut ini beberapa tanda utama dari burnout di tempat kerja :

Kelelahan yang Berkepanjangan: Salah satu tanda paling mencolok dari burnout adalah kelelahan yang berlanjut meskipun sudah mencoba beristirahat. Kelelahan ini tidak hanya bersifat fisik tetapi juga emosional dan mental. Misalnya, karyawan yang selalu merasa lelah, kurang energi, dan kesulitan bangun di pagi hari mungkin sedang mengalami burnout.

Depersonalisasi atau Perasaan Terputus dari Pekerjaan: Orang yang mengalami burnout seringkali merasa terputus secara emosional dari pekerjaan mereka. Mereka mungkin merasa pekerjaan tidak lagi membawa makna atau kepuasan, dan hubungan dengan kolega bisa menjadi tegang. Contoh nyata adalah seorang guru yang kehilangan rasa antusias dalam mengajar atau tidak lagi peduli dengan kesejahteraan murid-muridnya.

Penurunan Kinerja dan Produktivitas: Burnout dapat menyebabkan penurunan signifikan dalam kinerja dan produktivitas. Individu yang biasanya efisien dan teliti mulai melakukan kesalahan, mengabaikan tugas, atau menunjukkan penurunan kualitas pekerjaan. Dalam situasi ini, seorang pegawai administrasi yang biasanya mengelola dokumen dengan rapi mulai sering melewatkan detail penting, sehingga menghambat kinerja tim secara keseluruhan.

Masalah Tidur dan Kesehatan Fisik: Stres yang berkelanjutan mengarah pada masalah tidur seperti insomnia atau tidur yang tidak berkualitas. Selain itu, gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan sering sakit juga bisa menjadi indikasi burnout. Seorang manajer proyek yang mengalami burnout mungkin mendapati pikirannya terjaga di malam hari dan terus memikirkan pekerjaan, yang akhirnya berdampak pada kesehatannya secara keseluruhan.

wanita yang sedang Tekanan pekerjaan yang berat
Tekanan pekerjaan yang berat | Photo by Mikhail Nilov : Pexels

Faktor Penyebab

Burnout di tempat kerja merupakan fenomena yang kian marak dan memiliki dampak signifikan terhadap kesejahteraan karyawan. Terdapat beberapa faktor utama yang sering kali menjadi penyebab burnout, di antaranya :

1. Beban Kerja yang Terlalu Berat

Beban kerja yang berlebihan merupakan salah satu penyebab utama yang paling umum. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang terus-menerus berhadapan dengan tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan fisik dan mental mereka cenderung mengalami burnout lebih cepat. Menurut sebuah survei dari Gallup pada tahun 2018, sekitar 44% karyawan melaporkan bahwa mereka sering merasa kelebihan beban kerja, yang berpotensi besar menyebabkan kelelahan mental.

2. Kurangnya Kontrol atas Pekerjaan

Selain itu, kurangnya kontrol atas tugas dan tanggung jawab dapat meningkatkan risiko burnout secara signifikan. Karyawan yang memiliki kebebasan terbatas dalam membuat keputusan dan merasa tidak memiliki kendali atas pekerjaan mereka sering kali merasa tertekan dan tidak berdaya. Hal ini diperkuat oleh temuan dari American Psychological Association yang mengindikasikan bahwa karyawan dengan tingkat otonomi rendah memiliki kemungkinan 34% lebih tinggi untuk mengalami burnout.

3. Tidak Adanya Support

Minimnya dukungan sosial dari rekan kerja dan atasan juga memainkan peran penting. Lingkungan kerja yang tidak mendukung dapat meningkatkan perasaan keterasingan dan isolasi, yang pada akhirnya memperparah kelelahan mental. Sebuah studi  dalam Journal of Occupational Health Psychology menemukan bahwa karyawan yang merasa kurang mendapatkan dukungan sosial di tempat kerja memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk mengalami burnout.

4. Ketidakadilan atau Kurangnya Reward (Penghargaan)

Faktor terakhir yang mendasar adalah ketidakadilan atau kurangnya penghargaan. Ketika karyawan merasa bahwa usaha dan kontribusi mereka tidak dihargai atau diperlakukan dengan tidak adil, rasa frustasi dan kebosanan dapat muncul, yang kemudian memicu burnout. Penelitian oleh Institute for Social and Economic Research menyiratkan bahwa ketidakpuasan terhadap penghargaan dan pengakuan dapat meningkatkan risiko burnout hingga 50% lebih tinggi.

Memprioritaskan balance daripada burnout
Memprioritaskan balance daripada burnout | Photo by Nataliya Vaitkevich : Pexels

Strategi Mencegah Burnout

Mencegah burnout memerlukan pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan. Berikut beberapa cara yang efektif untuk mencegah terjadinya masalah ini:

1. Manajemen Waktu dan Prioritas

Salah satu strategi yang paling efektif adalah manajemen waktu dan prioritas. Karyawan perlu belajar mengatur waktu mereka secara lebih efisien dengan menyusun daftar prioritas harian atau mingguan. Menggunakan aplikasi manajemen tugas atau kalender digital dapat membantu memantau tugas yang harus selesai sesuai target dan memastikan bahwa waktu di habiskan untuk kegiatan yang paling penting. Melalui penetapan batas waktu untuk setiap tugas, karyawan dapat menghindari kelelahan mental akibat penumpukan pekerjaan.

2. Menyeimbangkan Dunia Kerja dan Kehidupan Pribadi

Selain itu, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat penting. Pengusaha bisa menyarankan karyawan untuk menetapkan batasan kerja seperti tidak membawa pekerjaan ke rumah atau tidak memeriksa email di luar jam kerja. Mengambil cuti secara teratur juga merupakan langkah penting untuk memulihkan energi dan menjaga kesehatan mental. Perusahaan dapat mendukung ini dengan menetapkan kebijakan cuti yang fleksibel dan mengedukasi karyawan mengenai pentingnya beristirahat.

3. Mencari Dukungan

Mencari dukungan sosial serta komunikasi yang terbuka merupakan kunci lain dalam mencegah burnout. Karyawan harus merasa nyaman untuk berbicara dengan rekan kerja dan atasan mereka mengenai kesulitan atau tekanan yang mereka alami. Program bimbingan atau konseling di tempat kerja dapat memberikan sarana untuk membantu karyawan mengatasi stres. Selain itu, membentuk kelompok dukungan atau komunitas yang memungkinkan karyawan berbagi pengalaman dapat memperkuat rasa solidaritas dan mendukung kesejahteraan umum.

4. Melakukan Teknik Relaksasi Untuk Mengurangi Beban Pikiran

Terakhir, berlatih teknik relaksasi dan mindfulness dapat memberikan bantuan signifikan dalam mengelola stres dan mencegah burnout. Teknik pernapasan, meditasi, dan yoga adalah contoh praktik yang dapat dilakukan oleh karyawan untuk mengurangi ketegangan. Perusahaan bisa mengadakan sesi mindfulness atau menyediakan ruang relaksasi di kantor sebagai upaya proaktif. Mengintegrasikan waktu untuk berolahraga ringan juga bisa menjadi langkah efektif untuk menjaga kebugaran fisik dan mental.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *